Minggu, 12 April 2015

Cerpen Mini : Tamak Jabatan

#CERPEN_MINI

Judul : Tamak Jabatan

Situmorang : ''Kenapa harus dia lagi yang terpilih menjadi Ketua Umum Partai? Apakah yang lainnya kurang berkompeten ataukah semua tunduk pada Bunda Ratu?"

Repto : ''Loh, tanyakan pada Ketua yang kemarin terpilih? Saya ini orang luar. Satu hal yang mengganjal di pikiran saya, kenapa harus dia lagi yang terpilih menjadi Ketua Umum di partai tersebut?? Apakah ini bagian dari kediktatoran dia ataukah tidak ada lagi calon anggota lain yang mumpuni?"

Situmorang : ''Itulah yang membuat saya heran Mas. Kenapa pula tak ada satu pun dari kami yang menentang? Kalau dipikir-pikir, Beliau seperti diktator Mas. Kesannya seperti rakus jabatan.''

Repto : ''Itu sudah dikatakan diktator! Hitler saja menjadi diktator juga atas pilihan rakyat Jerman. Ini justru beda. Dia dipilih karena anak emas lah, anak reformator lah. Saya yakin, tidak ada manusia yang tidak berbakat. Mencuri hati orang lain saja, manusia sudah pintar, apalagi bicara kompetensi? Batang korek saja ada fungsinya. Lah kok manusia tidak berfungsi? Ganti Ketua kamu!! Pembaharuan itu harus ada! Keluarkan diplomasi kamu!"

Situmorang : ''Sungguh aneh mas. Kami bagai hamba dia. Tak satu pun kata-kata yang tak bisa kami bantah. Sudah seperti ajudan kami semua Mas. Saya setuju menurut perspektif mas, hanya yang membuat saya heran adalah semua orang yang bergabung di partai tersebut tunduk semua mas.

Repto : ''Hidup itu pilihan. Mau pilih diam atau bergerak? Itu pilihan kamu. Secara logika, untuk apa kita diberikan akal, tapi tidak kita fungsikan? Batang korek saja ada fungsinya. Lah, kita manusia, punya banyak kelebihan daripada batang korek. Bagaimana mau terbang, sedangkan diri kita sendiri tidak mengepakkan sayap untuk terbang. Berarti kita tidak menginginkan reformasi di tubuh partai. Penyakit yang sudah menahun dan terlambat ditangani akan menjadi momok menakutkan. Seperti yang sudah saya katakan barusan, hidup itu punya pilihan. Mau pilih diam atau bergerak?"

Situmorang : ''Saya sudah pasrah Mas. Biarlah pahlawan lain yang bersuara.''

Repto : ''Kamu pasrah??? Ya Tuhan. Siput yang jalannya lambat saja masih mau berusaha. Reformasi itu ada karena kesadaran diri sendiri. Bukan menunggu pahlawan yang akan datang. Sampai kamu botak pun, Superman atau Batman tidak akan datang! Ini bukan seperti film kartun. Apakah harus menunggu pahlawan super untuk datang?"

Situmorang : ''Entahlah Mas. Mungkin penyakit di tubuh partai ini sudah menjadi penyakit menahun, bahkan sudah stadium satu. Butuh penanganan khusus.''

Repto : ''Sejelek-jeleknya siput, dia masih berguna dagingnya untuk obat. Bahkan siput masih berusaha mencari makan meski dia jalannya sangat lambat. Sekurus-kurusnya batang korek, dia masih berguna memberi api. Seburuk-buruknya daun yang berguguran, dia berubah menjadi pupuk untuk tanah. Bahkan dia mengurai dengan sendirinya. Mengapa manusia yang punya akal tak difungsikan?''

Situmorang : ''Benar juga apa disampaikan mas, kalo kita tidak mau mengepakkan sayap, kapan mau terbang?"

IDEOLOGI  REPTORMASI, 11-4-2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar