Rabu, 29 April 2015

CERPEN : Burung Besar Papa

Burung Besar Papa
oleh Repto Sembodo, S.S

Yaa Tuhan...besar sekali burungnya!!!
Kenapa Mah??
Aku mau pegang Pah!
Jangan Mah....!!! Nanti saja. Kita makan dulu yuk Mah? Masak apa Mah?
Aku maunya sekarang Pahhhh....!!!
Sabar donk Mah...

(sang isteri tidak sabar. Tangannya langsung membuka sesuatu. Burung Papa dielus-elusnya penuh penghayatan. Burung itu dipenuhi banyak bulu yang keriting hitam)

Pelan-pelan aja Mah...

(sang isteri mulai mencium kepala burung Papa. Bibir isterinya mulai nakal)

Ya ampun Mah...nanti sajalah Mah.
Kenapa sih Pah...aku maunya megang kok!!
Jangan pegang lama-lama ya Mah. Gak enak diliatin anak kita Mah.
Biarin ajalah Pah.
Mah...burungnya kalo dipegang terus nanti mati Mah. Itu burung mahal lho Mah. Jalak Bali. Ini pemberian dari Gubernur Bali Mah...

Jakarta, 30-4-2015


Minggu, 12 April 2015

Cerpen Mini : Tamak Jabatan

#CERPEN_MINI

Judul : Tamak Jabatan

Situmorang : ''Kenapa harus dia lagi yang terpilih menjadi Ketua Umum Partai? Apakah yang lainnya kurang berkompeten ataukah semua tunduk pada Bunda Ratu?"

Repto : ''Loh, tanyakan pada Ketua yang kemarin terpilih? Saya ini orang luar. Satu hal yang mengganjal di pikiran saya, kenapa harus dia lagi yang terpilih menjadi Ketua Umum di partai tersebut?? Apakah ini bagian dari kediktatoran dia ataukah tidak ada lagi calon anggota lain yang mumpuni?"

Situmorang : ''Itulah yang membuat saya heran Mas. Kenapa pula tak ada satu pun dari kami yang menentang? Kalau dipikir-pikir, Beliau seperti diktator Mas. Kesannya seperti rakus jabatan.''

Repto : ''Itu sudah dikatakan diktator! Hitler saja menjadi diktator juga atas pilihan rakyat Jerman. Ini justru beda. Dia dipilih karena anak emas lah, anak reformator lah. Saya yakin, tidak ada manusia yang tidak berbakat. Mencuri hati orang lain saja, manusia sudah pintar, apalagi bicara kompetensi? Batang korek saja ada fungsinya. Lah kok manusia tidak berfungsi? Ganti Ketua kamu!! Pembaharuan itu harus ada! Keluarkan diplomasi kamu!"

Situmorang : ''Sungguh aneh mas. Kami bagai hamba dia. Tak satu pun kata-kata yang tak bisa kami bantah. Sudah seperti ajudan kami semua Mas. Saya setuju menurut perspektif mas, hanya yang membuat saya heran adalah semua orang yang bergabung di partai tersebut tunduk semua mas.

Repto : ''Hidup itu pilihan. Mau pilih diam atau bergerak? Itu pilihan kamu. Secara logika, untuk apa kita diberikan akal, tapi tidak kita fungsikan? Batang korek saja ada fungsinya. Lah, kita manusia, punya banyak kelebihan daripada batang korek. Bagaimana mau terbang, sedangkan diri kita sendiri tidak mengepakkan sayap untuk terbang. Berarti kita tidak menginginkan reformasi di tubuh partai. Penyakit yang sudah menahun dan terlambat ditangani akan menjadi momok menakutkan. Seperti yang sudah saya katakan barusan, hidup itu punya pilihan. Mau pilih diam atau bergerak?"

Situmorang : ''Saya sudah pasrah Mas. Biarlah pahlawan lain yang bersuara.''

Repto : ''Kamu pasrah??? Ya Tuhan. Siput yang jalannya lambat saja masih mau berusaha. Reformasi itu ada karena kesadaran diri sendiri. Bukan menunggu pahlawan yang akan datang. Sampai kamu botak pun, Superman atau Batman tidak akan datang! Ini bukan seperti film kartun. Apakah harus menunggu pahlawan super untuk datang?"

Situmorang : ''Entahlah Mas. Mungkin penyakit di tubuh partai ini sudah menjadi penyakit menahun, bahkan sudah stadium satu. Butuh penanganan khusus.''

Repto : ''Sejelek-jeleknya siput, dia masih berguna dagingnya untuk obat. Bahkan siput masih berusaha mencari makan meski dia jalannya sangat lambat. Sekurus-kurusnya batang korek, dia masih berguna memberi api. Seburuk-buruknya daun yang berguguran, dia berubah menjadi pupuk untuk tanah. Bahkan dia mengurai dengan sendirinya. Mengapa manusia yang punya akal tak difungsikan?''

Situmorang : ''Benar juga apa disampaikan mas, kalo kita tidak mau mengepakkan sayap, kapan mau terbang?"

IDEOLOGI  REPTORMASI, 11-4-2015

Puisi Politik : Nenek Sihir Partai

#PUISI_POLITIK

Judul : Nenek Sihir Partai

Sudah ompong terpilih Ketua Partai
Wajah melompong tak pandai
Calon lain bak diikat rantai

Apa fungsinya nenek tua?
Dimanakah peran yang muda?
Ataukah terkekang aturan Bunda?

Bunda sudah lama bertahta
Apakah rakus harta?
Ataukah iman sudah langka?

Presiden SBY dilecehkan
Oleh mulut janda tak beriman
Kritik pedas dilemparnya tak karuan

Bonekanya disulap naik jabatan
Publik dibuat banyak bimbang dan heran
Mengapa semua harga naik tak karuan?

Nenek sihir berstatus janda
Sudah lama merindukan penis para pria
Mulut jahat layakkah untuk bercinta?

Sudah gendut rakus kekuasaan pula
Islamnya dibuatnya lupa
Hati keras ingin terpilih menjadi Ketua

IDEOLOGI  REPTORMASI, 12-4-2015

Rabu, 08 April 2015

Maha Retorika-Maha Tulisan Bagian ke 16

#MAHA_RETORIKA__MAHA_TULISAN
(Bagian Keenambelas)

Nenek penjual petasan dipenjara
Bagai dipaksa makan batu bara
Dipukul duka, disambut lara
Luar biasa!!!
Hukum bagi orang miskin galaknya seperti Gara!

Mengapa koruptor mendapat remisi?
Apakah itu disebut reformasi?
Lalu, rakyat menghina dengan berpuisi.
Tak cukup argumentasi.
Percuma, nasihat menjadi basi.
Pemimpin bagai mencari sensasi.
Anak remaja malah sibuk selfie
Lalu, siapa sang penyelamat sejati??
Apakah harus ILLAHI yang berkontribusi??

IDEOLOGI  REPTORMASI, 30-3-2015

Puisi Politik : Mulut Kebun Binatang

Puisi ini ditujukan untuk Pemimpin yang suka berkata kotor di depan publik.

#PUISI_POLITIK

Judul : Mulut Kebun Binatang

Menjabat sebagai Pemimpin dadakan.
Perkataannya amat kotor tak karuan.
Binatang liar berhamburan sembarangan.
Ibukota disulapnya seperti mainan.
Cinta kebersihan, tapi minuman keras dilegalkan.
Bahkan kata-kata kotor dikembangbiakkan.
Berwawasan, tapi etikanya terpinggirkan.
Diberi nasihat, malah dianggap lawan.
Pendukungnya fanatik habis-habisan.
Padahal, mereka melihat kata yang tak sopan.
Amat menyedihkan.

Dia berkelahi dengan para pejabat.
Binatang keluar dari mulut dianggap hebat.
Berani tendang sahabat. Bahkan publik sejagat.
Bertelinga tebal tak mempan nasihat.
Banyak tipu daya muslihat.
Berkata kotor mungkin membuatnya sehat.
Dihukum Tuhan, akhirnya dirawat.

IDEOLOGI  REPTORMASI, 8-4-2015

Jumat, 03 April 2015

Lukisanku Menyindir

#LUKISANKU_MENYINDIR

Dikutip dari Blogspot : ideologireptormasi.blogspot.com
Karya : Repto Sembodo, S.S.

Lukisan berjudul 'Ayam Revolusi' merupakan sindiran untuk Revolusi Mental.
Revolusi adalah perubahan ketatanegaraan, tapi apa yang berubah???
Harga beras dan bensin lah yang berubah. Biarkan lukisan ''Ayam Revolusi'' ini yang menyindir melalui bentuk tubuhnya. Revolusi itu perubahan. Maka ayam ini menampakkan bentuk tubuhnya yang kaya dekoratif. Suka atau tidak suka dengan hasil pemikiran saya, ini hanya karya sastra yang mengawinkan dirinya dengan realita kehidupan, intuisi, imajinasi, ide dan retorika.

''Tak perlu mulut yang menyindir. Cukuplah puisi dan gambar yang tangguh menyindir. Bahkan tak perlu suara lantang untuk beretorika. Cukuplah aksara dengan retorika menantang. Inilah yang pantas disebut Revolusi.''

#Aku_Suka_Bagaimana_Pemikiran_Repto_Menyindir
IDEOLOGI REPTORMASI, 4-4-2015


Cerita Duniawi : Bagian Ketiga

#CERITA_DUNIAWI
(Bagian Ketiga)

Dikutip dari Blogspot : ideologireptormasi.blogspot.com
Karya : Repto Sembodo, S.S

Wanita muslimah pasti berkerudung.
Aqidah dan akhlak dijunjung.
Meninggalkan zaman aurat yang tak terbendung.

Wanita muslimah hendak bersholawat.
Mengingat Illahi amat kuat.
Ketaqwaan yang terus dirawat.

Wanita muslimah kaji Quran.
Tinggalkan tradisi bisikan setan.
Mengupayakan kemantapan iman.

Wanita muslimah wajib menjaga lisan.
Bukan seperti mulut-mulut siluman.
Bahkan pembuangan seperti jamban.

IDEOLOGI  REPTORMASI, 4-4-2015

Kamis, 02 April 2015

Puisi Reliji : Bagian Pertama

#PUISI_RELIJI
(Bagian Pertama)

Karya : Repto Sembodo, S.S

PadaMu, aku berserah diri.
Meski hati banyak ternodai.
Tuhan, ampuni hati dan sifat iri.

Tak mungkin, kami menyucikan sendiri.
Tak mungkin pula kami dapat berlari.
Meninggalkan dosa di sana-sini.

UjianMu adalah panggilan untuk kami.
Karena dosa kami yang sudah tak terhitung lagi.
Dosa yang ada sehari-hari.

Ya Rabb, beri sehat duniawi.
Lenyapkanlah dengki.

IDEOLOGI  REPTORMASI, 2-4-2015

Cerita Duniawi : Bagian Kedua

#CERITA_DUNIAWI
(Bagian Kedua)

Karya : Repto Sembodo, S.S.

Susah payah bayar uang kuliah.
Membawa gelar sarjana, tapi otak payah.
Tak ingat susahnya jeripayah.
Hanya menang berlutut di atas sajadah.
Tak ada wawasan yang berlimpah.
Berdiplomasi takut salah!

Membuat skripsi ibarat makan batu.
Tak juga menemukan titik temu.
Sering bermalasan, otak jadi buntu.
Kalah khasiat daripada buah Jambu.
Sibuk urus Camera 360 di depan pintu.
Pikiran cuma ingin segera menjadi mantu.

Mahasiswa berupaya beretorika.
Usaha mulia. Tak mau dibilang langka.
Bercita-cita ingin merdeka.
Melepas diri dari status rakyat jelata.
Pemerintah hanya menutup telinga.
Harga sembako naik, bagai orang terhina.

IDEOLOGI  REPTORMASI, 2-3-2015

Puisi Akrostik : Jakarta

PUISI_AKROSTIK

JAKARTA

J = aringan internet yang cukup lamban.
A = neka ragam suku dan organisasi dapat ditemukan di kota ini.
K = ebanjiran dan kemacetan adalah penyakit menahun Ibukota.
A = awalnya bernama Sunda Kelapa dan Batavia.
R = uas jalan rayanya banyak yang rusak.
T = indakan kriminal terjadi di berbagai aspek kehidupan
A = langkah indahnya, bila orang kota menyadari betapa pentingnya      
       mengurangi polusi, sampah dan menjaga estetika dalam berperilaku.

IDEOLOGI  REPTORMASI, 2-4-2015

Puisi Romansa : Rekaman Perjalanan Asmara

#PUISI_ROMANSA

Judul : Rekaman Perjalanan Asmara
Karya : Repto Sembodo, S.S

Kami
Berjalan
Biasa saja
Tanpa ikatan
Lalu berkembang
Membawa signifikan
Hingga lahir pertengkaran
Tak juga bersahut-sahutan
Sehari
Tak jumpa
Ibarat mati suri
Lalu beranikan diri
Datang memulihkan
Menyambung rasa lagi
Tanpa saling siapa memulai
Tak ragu bahkan gengsi sekalipun
Beda
Hilang
Begitu saja
Pulih kembali
Lalu putus lagi
Karena ego lahir
Hati menjadi labil
Pikiran sejuta polemik
Mau menggunting cinta
Ataukah kembali membangun
Merenovasi rasa, sikap dan lika-liku
Sedih
Terbiasa
Bak tradisi
Tawa penawar
Kala luka tampak
Hubungan bagai layang
Tarik ulur lalu tarik ulur lagi
Mungkin Tuhan sudah lelah tatap
Melihat hubungan yang tak berkomitmen
Akhir
Ceritanya
Kami pisahlah
Disambut janur kuning
Seolah Tuhan sudah gerah
Kami pun saling lepas genggaman
Renovasi hubungan berakhir lamban
Menjadi kisah yang tak berkesudahan

IDEOLOGI  REPTORMASI, 1-4-2015

Cerita Duniawi : Bagian Pertama

#CERITA_DUNIAWI
(Bagian Pertama)

Karya : Repto Sembodo, S.S

Ini dia tanda akhir zaman.
Anak muda gemar berpacaran.
Tinggalkan iman tanpa kesadaran.
Saling cium, bahkan berhubungan badan.
Gratis, kemaluan pun menjadi pelampiasan.
Jadilah, seorang bayi yang tak diharapkan.

Anak haram bukan salah anak.
Salahkan siapa yang beranak.
Wanita bagai terjebak.
Bayi dibuang seperti riak.
Lupa, saat mereka membuat!
Nama baik keluarga makin rusak!

Bersenggama hingga mengandung.
Nafsu tak terbendung.
Mencari harga diri sudah buntung.
Setelah rusak, memakai kerudung.
Iman ngantuk, seperti makan kangkung.
Masih lebih bagus tingkahnya Lutung.

IDEOLOGI  REPTORMASI, 2-4-2015